Korannusantara.id – Setelah perjuangan sengit dalam Pemilihan Presiden 2024, Prabowo Subianto memasuki tahap krusial dalam perjalanan politiknya, terutama menjelang pelantikannya sebagai Presiden Indonesia. Di tengah euforia kemenangan, Prabowo dihadapkan pada dilema yang rumit.
Sebagai presiden terpilih, ia dihadapkan pada keputusan terkait Jokowi yang telah mendukungnya oleh kesamaan beberapa pandangan Indonesia ke depan. Disisi lain Pabowo harus mempertimbangkan tuntutan masyarakat akan keadilan terhadap kebijakan Jokowi yang dinilai sebagian merugikan bangsa dan negara.
Dilain sisi Prabowo diharapkan oleh kelompok yang berseberangan dengan Jokowi dapat bertindak adil dan mengikuti aspirasi rakyat. Hal ini pernah terjadi di era Habibie dan Gus Dur, di mana kedua pemimpin tersebut dihadapkan pada desakan masyarakat untuk menghukum Soeharto, kini Prabowo pun akan dihadapkan pada posisi menjaga keseimbangan antara keadilan dan kepentingan politik.
Sebagai Presiden terpilih yang akan memimpin Indonesia bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi, Prabowo akan dihadapkan pada persoalan yang mungkin jauh lebih sulit dari yang dihadapi oleh Habibie dan Gus Dur. Pelantikan mereka nanti akan menandai awal dari periode kepemimpinan baru dan merupakan ujian bagi Prabowo dalam menjalankan tanggung jawabnya dengan bijaksana dan adil. Dengan demikian, Prabowo Subianto berada di persimpangan jalan yang krusial, di mana ia harus menyeimbangkan antara kebaikan pribadi, keadilan publik, dan kepentingan nasional.
Persimpangan Jalan Presiden Amerika Barack Obama
Sulit dihindari munculnya tekanan moral dan politik bagi presiden terpilih untuk mempertahankan hubungan baik dengan presiden yang telah mendukungnya, sementara di sisi lain terdapat tanggung jawab menjaga kepentingan negara dan memenuhi janji-janjinya kepada rakyat. Sebagai contoh, hubungan antara Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama, dan calon presiden terpilih, Hillary Clinton, dalam pemilihan presiden AS tahun 2016, di mana Obama aktif mendukung kampanye Clinton, namun Clinton kalah dan Donald Trump terpilih sebagai presiden.
Keputusan presiden terpilih membela atau melindungi presiden pendukungnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pertimbangan politik, moral, dan kepentingan nasional. Meskipun Obama mungkin berharap agar Trump meneruskan kebijakan-kebijakannya, Trump justru mengambil langkah-langkah kebijakan yang berlawanan, menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti ideologi, kebijakan, dan tekanan politik berperan dalam menentukan arah kebijakan yang diambil oleh presiden terpilih
Tidak ada jaminan bahwa presiden terpilih akan selalu mendukung presiden yang mendukungnya, karena mereka harus mempertimbangkan implikasi politik dan kebijakan jangka panjang
Teori Machiavelli: Mempertahankan Kekuasaan
Salah satu filsuf yang memiliki pandangan yang relevan akan dihadapi Prabowo Subianto adalah Niccolo Machiavelli, dengan karyanya yang terkenal, “The Prince” (Il Principe). Dalam bukunya, Machiavelli membahas tentang kekuasaan politik dan strategi yang diperlukan untuk mempertahankan kekuasaan.
Ia menekankan pentingnya kebijaksanaan politik yang pragmatis dan realistis di atas pertimbangan moral atau etika. Pemimpin harus bersikap fleksibel dan berani mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk mempertahankan kekuasaan dan kestabilan negara.
Pandangan Machiavelli menekankan bahwa presiden terpilih (Prabowo Subianto) harus mempertimbangkan kepentingan negara dan stabilitas politik di atas pertimbangan personal, dalam hal ini hubungannya dengan presiden Jokowi. Presiden terpilih harus memprioritaskan tindakan yang paling efektif untuk memenuhi tujuannya sebagai pemimpin negara, terlepas dari adanya kesamaan kepentingan politik dalam pilpres dan Indonesia kedepan, ditengah situasi yang bisa menimbulkan konflik dengan orang-orang yang telah mendukungnya.
Kesimpulan
Kasus perseteruan antara Barack Obama dan Donald Trump setelah pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 menunjukkan bahwa presiden terpilih tidak selalu mempertahankan hubungan baik dengan pendukungnya. Keputusan Prabowo untuk melindungi Jokowi atau tidak dipengaruhi oleh pertimbangan politik, moral, dan kepentingan nasional.
Prinsip realpolitik Machiavelli menekankan pentingnya memprioritaskan kepentingan negara di atas hubungan personal. Persimpangan jalan yang krusial menuntut Prabowo harus menyeimbangkan kebaikan pribadi, keadilan publik, dan kepentingan nasional dalam kepemimpinannya sebagai Presiden Indonesia.
Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu 30 Maret 2024.
Oleh: Agusto Sulistio – Mantan Kepala Aksi dan Advokasi PIJAR era90an.
(fr)