Korannusantara.id, Jakarta – Aku bisa mengerti dan merasakan tangisan Prof. Kuncoro dari UGM. Jokowi telah menodai cita-cita para pendiri dan civitas akademika UGM.
Jokowi mencederai Pancasila, UUD 1945, dan demokrasi, dan hymne UGM. Bayangkan, di tahun 2024 ini, yang merusak etika, moral, dan keadaban hidup di Indonesia – tangis Prof Kuncoro, semuanya alumni UGM, Jokowi, Pratikno, dan Ari Dwipayana.
Aku bisa merasakan linangan air mata Prof. Kuncoro. Sebagai alumnus UGM, sampai hari ini aku masih nyesek. Pernah tiga hari gak tidur gara2 ulah Jokowi.
Dulu, aku menulis buku Jokowi The Inspiring President, karena kekagumanku kepada Jokowi. Kemarin teman akrabku yang sangat aku kagumi, Ikhsan Haryono dari Purworejo nelpon Mas Simon, bagaimana tanggung jawabmu menulis buku Jokowi The Inspiring President?
Aku diam. Ikhsan bercerita, dulu dengan bangga membagi-bagikan buku karyaku di Purworejo dengan uangnya sendiri. Kini, Ikhsan menyesal melihat kelakuan Jokowi.
Ya, aku katakan, maaf Mas Ikhsan. Aku pun sangat menyesal. Mungkin lebih sedih ketimbang Prof. Kuncoro.
Ikhsan menyarankan, untuk menebus dosa, aku bikin buku lagi titik nalik Jokowi.
Semua ini salah kita. Dulu kita terlalu mengagung-agungkan Jokowi, hingga nyaris seperti tak pernah salah. Sekarang kita lihat, bagaimana tindakan Jokowi nengacak-acak etika, moral, dan keadaban hidup bernegara.
Aku yakin angkara murka akan tumbang. Karena kebenaran adalah hak; pasti akan menang. Sekarang sudah puluhan perguruan tinggi seluruh Indonesia menyatakan petisi terhadap Jokowi. Nanti semua perguruan tinggi negeri dan swasta dengan seluruh civitas akademikanya akan bergerak untuk menumbangkan Jokowi.
Ayo rakyat Indonesia. Mari kita hancurkan perusak bangsa dan negara. Kita tidak rela negeri tempat bernaung kita, ayah ibu kita, anak cucu kita, hancur di tangan penguasa anarkis yang bedebah ini.
“Sebuah tulisan menarik dari alumnus UGM sekaligus penulis buku Jokowi The Insipiring President. Saefuddin Simon belakangan berbalik arah tampak tulisannya banyak mengkritik keras Jokowi sebagai ekspresi pertobatan atas dosa dirinya pernah mengelu-elukan: ternyata dulu cinta buta semata,” tutupnya.
Oleh: Simon Saefuddin
Sekelas Professor menyesal,..ah aneh2 aja..namanya politik itu jelas2 berbeda,dengan pengamat…kekaguman,keyakinan,kepercayaan yg profesor pegang janganlah luntur terhadap Bapak Ir.Jokowidodo,walaupun keadaan yg sedang terjadi saat ini..Sebagai akademisi tetaplah memiliki pikiran yg bersih tanpa terganggu dengan hal2 yg ada…