Medan – Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto berbicara sosok calon Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi sebagai spesialis pengganti Mulyono dan keluarga. Namun Mulyono yang dimaksud adalah Jenderal TNI (Purn) Mulyono, yang kala itu jabatan Pangkrostrad digantikan oleh Edy.
Hal itu disampaikan Hasto saat Rapat Kerja Daerah Khusus (Rakerdasus) Pemenangan Pilkada Serentak 2024 PDIP Sumut di Hotel Adimulia Medan, Minggu (6/10/2024).
Acara tersebut turut dihadiri Edy Rahmayadi, calon wakilnya Hasan Basri Sagala, Yasonna Laoly, Adian Napitupulu, Deddy Sitorus, Yasona Laoly, Bane Manalu, Sihar Sitorus, dan sejumlah kader PDIP lainnya.
“Beliau ini menjadi Pangkostrad AD. Beliau menjadi Pangkostrad itu menggantikan Letnan Jenderal TNI Mulyono, betul, Pak? Ini biodata, kalau nggak percaya silakan lihat di Google. Jadi spesialis menggantikan Mulyono dan keluarganya,” kata Hasto.
Hasto lalu memuji Edy dengan mengatakan Edy adalah prajurit hebat selama bertugas di TNI. Dia juga menyebutkan Edy juga sosok pemimpin yang berkarier dari bawah.
“Bapak calon gubernur kita Letnan TNI Purn Edy Rahmayadi, beliau ini sosok pemimpin yang digembleng dari bawah karena kecenderungan ada pemimpin yang maunya dari atas. Beliau adalah prajurit sejati, infanteri. Infanteri ini pasukan terdepan,” ujarnya.
“Jadi, kalau berperang, infanteri ini tercepat, bukan bapaknya yang di depan,” tambahnya.
Di Pilgub Sumut 2024, PDIP mengusung pasangan Edy-Hasan Hasan Basri Sagala bersama Hanura. Pasangan ini bakal melawan pasangan Bobby Nasution-Surya.
Hasto menjelaskan di dunia militer, infanteri kerap dianggap sebagai ‘queen of the battle.’ Ia juga memaparkan Edy tak mungkin menjabat Pangkostrad bila tak menapaki karir dari bawah.
“Jadi Pak Edy ini pemimpin yang berjuang dari bawah, bukan yang dikarbit dan karbitan. Maka pemimpin berjuang dari bawah, itulah makna hakikat kepemimpinan,” tegas Hasto.
Hasto juga menekankan bahwa kepemimpinan dari bawah ala Edy Rahmayadi, dilengkapi dengan tradisi doa dan kesejukan Nahdatul Ulama (NU) yang direpresentasikan oleh cawagub Hasan Basri.
“Hasan Basri ini punya tradisi NU yang kuat. Doanya menyejukkan. Kepemimpinan Pak Edy yang berproses dari bawah, berpadu dengan naungan doa kader Nahdliyin, akan menyejukkan Sumatera Utara ini,” kata Hasto.
Pada kesempatan itu, Hasto juga mengatakan bahwa seluruh kader PDIP diinstruksikan untuk turun di Pilgub Sumut. Bahkan, seluruh kader PDIP dari Indonesia, yang memiliki keterikatan lahir maupun hidup dengan Sumut, diminta bergotong royong.
“Kebijakan DPP partai, bagi mereka yang sudah pernah meminum air di Sumut ini, wajib memenangkan Pak Edy dan Hasan Basri,” kata Hasto.
“Jadi anggota DPR yang pernah meminum air di Sumut ini, harus mau bergotong royong. Karena yang kita hadapi di Sumut ini adalah mereka yang menggunakan modal dana besar, dan yang menggunakan pendekatan kekuasaan,” tambahnya.
Hasto juga mengatakan DPP PDIP akan memberi sokongan bagi para kader partai yang diduga diintimidasi oleh aparat supaya tidak bekerja memenangkan calon kepala daerah dari PDIP.
“Kalau diintimidasi, jangan pernah takut. Ketakutan itu adalah ilusi kalau kata Bu Mega,” kata Hasto.
Pada kesempatan yang sama, Hasto turut menyampaikan pantun. Salah satu pantunnya berisikan tema kacang lupa pada kulit, yang akhirnya akan menemukan karmanya.
“Ada kacang lupa kulitnya. Cermin rendahnya budi dan etika. Satyam Eva jayate adalah mantra kita. Dengannya, mari menangkan Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Sagala,” kata Hasto dalam pantunnya.