Korannusantara.id, Jakarta – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengumumkan rencana penghentian impor jagung dan bahkan melakukan ekspor perdana jagung. Menanggapi itu, Irwasum Polri, Komjen Dedi Prasetyo selaku Ketua Gugus Tugas Ketahanan Pangan Polri menegaskan, bahwa keberhasilan ini merupakan buah kolaborasi holistik lintas sektor.
Dedi Prasetyo menuturkan, kebijakan pemerintah untuk menghentikan impor jagung dan beralih menjadi eksportir, seperti disampaikan Wamentan, adalah bukti nyata efektivitas sinergi Kementerian Pertanian, TNI, POLRI, Pemda, petani, dan swasta,” tegasnya.
“Polri terlibat aktif dalam seluruh rantai produksi mulai pendataan, penanaman, panen, hingga distribusi untuk memastikan target swasembada tercapai. Ini adalah implementasi human security berupa kesejahteraan petani sebagai fondasi stabilitas nasional,” paparnya.
Diketahui, dukungan data dan pencapaian Wamentan Sudaryono dalam Public Hiring (28/5/2025) mengungkap bahwa Produksi jagung naik 39 persen sehingga pemerintah tak hanya stop impor, tapi akan ekspor jagung, terutama dari sentra seperti Gorontalo.
Untuk pencapaian Gugus Tugas Polri dalam periode 20 November 2024 – 20 Mei 2025 telah terkelola lahan seluas 445.600,49 Hektare.
“Pendataan Komprehensif juga dilakukan yang meliputi jumlah petani, poktan, alat pertanian, benih, pupuk, dryer, hingga distribusi.
“Keberhasilan ini selaras dengan Program Asta Cita Pemerintah. Dukungan POLRI dalam manajemen rantai pasok jagung adalah bagian integral dari pemeliharaan Kamtibmas. Swasembada pangan adalah kedaulatan negara,” tegas Komjen Dedi.
Diketahui Gugus Tugas Ketahanan Pangan Polri Berdiri sejak 2024, Gugus Tugas Ketahanan Pangan POLRI fokus pada pendampingan petani dan pengawasan distribusi pupuk dan benih bersubsidi. Serta, pencegahan penimbunan dan efisiensi rantai pasok dari hulu ke hilir. (red)
