KoranNusantara.id- Intan Jaya, Papua, bukan sekadar medan konflik biasa. Kabupaten kecil yang terletak di pegunungan tengah Papua ini, sejak beberapa tahun terakhir, berubah menjadi salah satu kawasan paling berdarah di bumi Cenderawasih.
Di balik narasi “penumpasan separatisme”, terdapat motif yang jauh lebih dalam: Blok Wabu, kawasan emas yang nilainya ditaksir mencapai puluhan bahkan ratusan triliun rupiah.
Blok Wabu: “Freeport Baru” Yang Diperebutkan
Blok Wabu dikenal sebagai salah satu cadangan emas terbesar di Papua, bahkan Indonesia. Setelah Freeport Indonesia berpindah kendali mayoritas ke pemerintah Indonesia melalui PT Inalum, Blok Wabu menjadi target eksploitasi berikutnya.
Lokasinya strategis, tak jauh dari tambang Grasberg yang dulu dikuasai Freeport.
Namun, sebelum alat berat datang, sebelum galian dilakukan secara besar-besaran, tanah ini sudah lebih dahulu diklaim oleh masyarakat adat sebagai tanah leluhur.
Masyarakat adat Intan Jaya selama berabad-abad hidup dari alam tanpa eksploitasi besar-besaran. Kedatangan korporasi pertambangan yang dibeking oleh negara jelas memicu ketegangan.
Justru Yang hendak dikeruk bukan hanya emas, tapi juga harga diri dan hak hidup masyarakat adat. Tambang emas baru bukan sekadar proyek, tapi permulaan dari penderitaan yang lebih panjang.
Narasi Keamanan: Dalih Penguasaan
Peningkatan eskalasi militer di Intan Jaya bukan tanpa alasan. Jika kita cermati, operasi militer masif mulai meningkat sejak rencana eksplorasi Blok Wabu diumumkan.
Pasukan keamanan dikerahkan dengan dalih memerangi kelompok bersenjata. Tapi faktanya, warga sipil yang tidak bersalah kerap menjadi korban, pengungsian massal terjadi, dan desa-desa menjadi kosong.
Alih-alih menciptakan rasa aman, kehadiran aparat justru memperjelas bahwa konflik ini lebih merupakan “jalan tol” untuk membuka akses menuju Blok Wabu.
Keamanan bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk memastikan kelancaran eksploitasi tambang.
Di balik ekspansi militer “menjaga EMAS BLOK WABU”, tersembunyi proyek besar yang siap mengorbankan kehidupan rakyat sipil dan lingkungan demi emas.
(RED/EP)