Korannusantara.id-Artikel, Sehari menjelang hari efektif kembali bekerja setelah libur nasional dan cuti bersama yang panjang saya menuliskan makna tentang sebuah “Lukisan Kehidupan” yang saya lukis dengan tangan di tahun 2020, di bulan Ramadan saat pandemi Covid-19 belum begitu mereda.
Sebuah “Lukisan Kehidupan” yang melukiskan konsistensi atau istiqomah dalam perjalanan kehidupan yang lurus dalam kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Setiap kita telah melukis kehidupan di atas kanvas putih suci dari setiap perjalanan kehidupan yang khas, unik, khusus dan berbeda sesuai ketentuan dan takdir masing-masing dari Allah SWT.
Melalui doa yang dilangitkan, usaha yang diikhtiarkan, ikhlas yang diteguhkan dan tawakal yang dipasrahkan semua semata karena Allah SWT.
Jangan biarkan orang lain atau siapa pun melukis di kanvas putih suci milik kita, hanya karena kita tidak melukis kehidupan kita sendiri.
Karenanya lukislah kanvas putih suci milik kita masing-masing dengan lukisan kehidupan kita sendiri. Tak perlu mengabaikan dan bersaing dengan siapa pun, karena kita sedang bukan bersaing dengan orang lain dan siapa pun.
Kita bukan sedang melukis kehidupan dengan lukisan yang lebih baik dari orang lain atau siapa pun. Tetapi melukis kehidupan kita agar apa yang kita lukis hari ini lebih baik dan lebih indah dari hari-hari kemarin dan hari-hari esok akan lebih baik dan lebih indah dari hari ini.
Pasca Puasa Bulan Suci Ramadan dan Idul Fitri 1446 H, yang terus musti tersisa dan tertanam begitu mendalam pada setiap diri kita dan apa yang musti kita lukis pada kanvas putih suci adalah tentang konsistensi atau istiqomah.
Lukisan kehidupan hari-hari kita kedepan adalah dalam bentuk konsistensi dan istiqomah yang dilakukan dengan: Pertama, meluruskan niat. Setiap waktu dan setiap saat kita musti selalu meluruskan niat dalam kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Bukankah “segala kebaikan tergantung pada niatnya” (إنَّمَـا الأَعمَـالُ بِالنِّيَّـاتِ), yang menekankan bahwa setiap perbuatan baik atau amal tergantung pada niat atau tujuan yang mendasarinya.
Niat yang tulus dan ikhlas karena Allah akan menghasilkan pahala, sementara niat yang tidak baik akan menghasilkan balasan yang tidak baik.
Kedua, memaknai kalimat sahadat. Kalimat syahadat adalah ikrar penentu keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Kalimat syahadat ini yang membuat kita menjadi seorang muslim atau bukan.
Ketiga, Konsistensi atau istiqomah dapat terus tumbuh dengan membaca dan memahami Al-Quran. Karena akan memberikan kita keteguhan dan motivasi untuk beribadah. Membaca dan memahami Al-Quran membuat kita semakin yakin kepada kebenaran Islam, eksistensi Allah SWT, dan tentunya segala kebenaran di alam semesta. Keteguhan hati akan terwujud bagi orang yang benar-benar memahami dan memaknai Al-Quran. Hal ini juga disampaikan dalam Al-Quran, surat An-Nahl: 102.
“Katakanlah: Jibril menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
Keempat, Berkumpul dan bergaul dengan orang-orang shalih. Seseorang yang berteman dengan seorang pandai besi, akan mendapati badan atau pakaian kita hangus terbakar, atau mendapat bau yang kurang sedap. Bergaul dengan penjual parfum, mungkin kita akan kedapatan baunya. Untuk itu, dengan siapa kita bergaul maka kita akan terpengaruh olehnya.
Kelima, Berdoa dan mohon keteguhan hati kepada Allah SWT. Allah SWT lah yang membolak-balikan hati manusia. Ia yang mengetahui segala apa yang ada dalam hati kita.
Untuk itu, berdoa dan senantiasalah memohon kepada Allah SWT agar kita benar-benar bisa diberikan kekuatan untuk istiqomah di jalan-Nya. Seperti doa yang ada dalam hadits riwayat Thirmidzi berikut, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
Lukislah kanvas putih suci milik kita dengan lukisan kehidupan kita sendiri, agar tidak dilukis oleh orang lain dan siapa pun.
Dalam kesucian itu, lukisan kehidupan yang musti kita lukis di hari-hari kedepan adalah dengan lukisan warna-warni konsistensi dan istiqomah.
Konsistensi dan istiqomah dapat terbangun, tumbuh dan terus berkembang dengan meluruskan niat, memaknai kalimat sahadat, membaca dan memahami Al Quran, berkumpul dan bergaul dengan orang-orang shalih dan Berdoa dan mohon keteguhan hati kepada Allah SWT. [WT, 7/4/2025].
Ditulis oleh: Wahyu Triono KS, Pendiri dan Pengasuh TPA LEADER (Taman Pendidikan Al Quran Lembaga Edukasi Anak Didik Edukatif Religius), LEADER Indonesia, CIA Indonesia dan TA DKTP – KS Kemendagri.