KoranNusantara.id- Apa itu sebenarnya viral? Viral adalah istilah yang sangat identik dengan media sosial. Jika didefinisikan, viral adalah situasi untuk mengungkapkan penyebaran suatu berita dan informasi, apakah benar?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata viral adalah berkenaan dengan virus atau bersifat menyebar luas dan cepat seperti virus.
Berdasarkan definisi dari KBBI tersebut, jelas arti viral berhubungan dengan virus dan dunia kesehatan.
Meski begitu, penggunaan kata viral saat ini kerap dipakai untuk mengungkapkan suatu pemberitaan yang sedang dibicarakan banyak orang atau tersebar dan diketahui oleh orang banyak.
Peristiwa Sedang Viral
Dalam beberapa waktu belakangan ini setidaknya ada peristiwa penting yang menjadi viral. Pertama, viralnya penyanyi yang berasal dari Sumatera Barat, Fauzana, yang menyanyikan lagu-lagu minang yang sangat khas dan menarik hati, salah satu judul lagunya yang amat populer adalah Cinan Bana.
Berkat viralnya itu, Fauzana banyak meraup berbagai keberuntungan dengan tawaran manggung dan show di beberapa daerah di Indonesia.
Kedua, penjual Es Teh yang viral karena dikatai “Goblok” oleh Gus Miftah di pengajiannya, dan mendapat keberuntungan dan keberkahan diberangkatkan umroh, mendapat hadiah dan sejumlah uang dan permodalan usaha.
Ketiga, ibu-ibu yang menyanyikan lagu dengan lirik jenaka dan kocak tentang waktu kukecil. Tetapi apakah ibu tersebut mendapatkan berkah dan keberuntungan belum banyak diketahui.
Keempat, Pak Slamet dari Grobokan, Pengamen jalanan yang menyanyikan lagu Kuberjuang Mempertahankanmu, dengan cengkok yang khas dan unik, menjadi viral dan sejak awal Pemilik Prabu Motor berkeinginan mengundang Pak Slamet untuk menanggapnya bernyanyi dan disawer.
Bahkan Pak Slamet saat ini telah diboyong ke Jakarta oleh seseorang yang terkesan dan tertarik dengan suara dan cengkok Pak Slamet yang khas, unik dan menarik, sehingga memasukkan Pak Slamet kedalam dapur rekaman.
Peristiwa-peristiwa viral saat ini tampaknya sangat berkaitan dan berhubungan dengan keberuntungan, karena umumnya orang-orang yang viral mendapatkan keberuntungan.
Tetapi peristiwa viral saat ini juga berkaitan dengan ketidakberuntungan atau kesialan sebagaimana viralnya Mas Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, yang menandakan Babak Baru Kasus Harun Masiku.
Peristiwa viralnya pengusaha Harvey Moeis yang hanya divonis 6,5 tahun penjara oleh majelis hakim padahal sudah merugikan negara Rp 300 triliun di kasus korupsi pengelolaan tata niaga komoditas timah. Vonis ini dinilai jauh dari rasa keadilan.
Kemudian viralnya berita sayembara 8 Milyar rupiah untuk menangkap Harun Masiku dan sayembara 16 Milyar rupiah bagi siapa yang bisa membuktikan ijazah Bapak Joko Widodo, Presiden Ke-7 RI Palsu.
Apakah ini merupakan keberuntungan atau ketidakberuntungan?
Sluman, Slumun, Slamet
Bila difokuskan bukan pada viralnya tetapi pada keberuntungan seseorang yang viral, sesungguhnya para tetua dan terutama orang-orang tua yang memiliki latar kesukuan dan budaya Jawa, sebagaimana keberuntungan Pak Slamet yang viral dan saat ini mendapatkan keberuntungan masuk dapur rekaman dan akan ditanggap dan disawer untuk tampil di Prabu Motor mengingatkan saya pada falsafah Sluman, Slumun, Slamet.
Secara lebih lengkap sesungguhnya para tetua dan orang-orang tua Jawa memiliki falsafah hidup yang dijadikan pegangan bahkan do’a dan zikir mereka di setiap saat adalah ‘Sluman, Slumun, Slamet’.
Falsafah ini sungguh sangat penting untuk menjadi pegangan bagi anak, cucu, generasi keturunannya menjalani kehidupan.
“Sluman, Slumun, Slamet” berarti semoga kita tetap diberi keselamatan oleh sang maha pencipta. Secara lebih mendalam makna dari falsafah tetua dan orang-orang tua Jawa ‘Sluman, Slumun, Slamet’ mengandung filosofi yang sangat transenden dan spritual.
“Sluman” bagi orang Jawa mengacu pada nama seorang Nabi yaitu nabi Sulaiman dan orang Jawa menyebutnya “Sluman”.
Kalau ingin selamat jadikanlah Nabi Sulaiman sebagai teladan dalam menjalani kehidupan.
Nabi Sulaiman adalah seorang nabi yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT dengan kekayaan yang sangat berlimpah.
Dalam sejarahnya Nabi Sulaiman adalah seorang Nabi yang terkaya, diberikan mukzizat mampu berbicara dengan semua makhluk hidup, baik hewan, tumbuh-tumbuhan, jin dan lain-lainnya serta menjadi penguasa atau raja di suatu negeri.
Dengan semua kelebihan yang dianugerahkan oleh Allah SWT, Nabi Sulaiman tidak sedikitpun memiliki rasa takabur, sombong dengan kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya dan tidak sewenang-wenang, justru Nabi Sulaiman adalah seorang penguasa yang adil dalam memerintah baik terhadap manusia maupun kepada semua makhluk ciptaan Allah SWT.
Para tetua dan orang-orang Tua Jawa menginginkan anak, cucu, generasinya dapat meneladani Nabi Sulaiman agar mereka selamat dan sejahtera dalam menjalani kehidupan.
Kata ‘Slumun’ yang menjadi falsafah tetua dan orang-orang tua Jawa ini berasal dari kata ‘Salamun ala mursalin’ yang sering diucapkan sebelum mengakhiri do’a yang berarti mendoakan keselamatan bagi semua nabi.
Kata ‘Salamun’ juga terdapat di dalam QS. Yaasiin Ayat 58: “(Mereka mendapat ucapan “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Kata ‘Slumun’ bagi para tetua dan orang-orang tua Jawa dimaknai sebagai kata “Salamun” yang memiliki makna keselamatan.
Sementara kata ‘Slamet’ atau Selamat bagi tetua dan orang-orang tua Jawa dipahami sebagai suatu keadaan sehat dan lepas dari bahaya.
Dan kata ‘Slamet’ sesungguhnya adalah merupakan salah satu nama Allah dalam Asmaul Husna, yaitu “As Salaam” dengan ini Allah akan menghindarkan kita dari segala musibah dan penyakit.
Penutup
Hal lain yang menjadi amat penting bagi Refleksi 2024, Proyeksi dan Resolusi 2025 adalah pentingnya bagi kita dalam membangun keluarga yang dipenuhi keberuntungan dan keselamatan dengan mendapatkan Sluman, Slumun, Slamet.
Dengan berpegang pada Falsafah ‘Sluman, Slumun, Slamet’ akan mendapat keselamatan bahkan tidak ada yang akan mengusik, mengganggu dan mencoba membuat celaka atau tidak selamat dengan suatu istilah “Dhemit Ora Ndulit, Setan Ora Doyan” (Mahkluk halus/hantu tidak mau mengganggu dan setan tidak mau menyesatkan).Selamat Menyambut Tahun Baru 2025. [WT, 29/12/2024]
Oleh: Wahyu Triono KS (Pendiri TPA LEADER, CIA Indonesia, TA Kebijakan Publik DKTP Kementerian Dalam Negeri RI).