
Jakarta – Ketua DPR RI, Puan Maharani prihatin akan tuduhan kekerasan yang dilayangkan pada guru honorer Supriyani. Puan berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan seadil-adilnya.
“Pendidikan tidak bisa berjalan dengan baik jika guru terus-menerus dihadapkan pada ancaman hukum yang berlebihan dan intervensi orang tua yang tidak proporsional. Saya berharap ada keadilan bagi GuruSupriyani agar tak jadi preseden buruk pada sistem pendidikan Indonesia,” ujar Puan dalam keterangan resmi, Rabu (30/10/2024).
Seperti diketahui, Supriyani dituduh melakukan kekerasan fisik terhadap seorang siswa SDN 4 Baito, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Siswa berinisial D (6) itu merupakan anak dari seorang anggota polisi setempat.
Supriyani sempat ditahan. Namun penahanan itu akhirnya ditangguhkan oleh pihak jaksa dan pengadilan. Proses hukum guru Supriyani tetap berjalan, statusnya kini terdakwa karena sudah memasuki proses persidangan.
Kasus Supriyani menjadi perhatian publik karena ada banyak kejanggalan yang terjadi walaupun Supriyani telah tegas membantah tuduhan tersebut.
Beberapa kejanggalan di antaranya seperti ketidakkonsistenan pengakuan anak pelapor hingga kesaksian sejumlah pihak yang bertentangan dengan tuduhan. Puan menekankan jika guru sebagai garda terdepan tenaga pendidik memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan perilaku anak.
“Harus diingat tugas dari seorang guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga pengasuh, pengarah, dan pelindung anak-anak murid di lingkungan sekolah,” tutur Puan.
Puan merasa prihatin atas banyaknya guru yang terseret kasus hukum karena tindakan disiplin terhadap siswa yang dianggap sebagai pelanggaran. Ia menyoroti banyaknya guru yang diperkarakan oleh orang tua siswa karena tidak terima anaknya diberi hukuman.
“Kita sepakat kekerasan tidak bisa dibenarkan, terutama kepada anak. Tapi perlu diingat pembinaan dalam bentuk disiplin tidak bisa disamakan dengan kekerasan,” jelasnya Puan.
“Guru membutuhkan ruang untuk mendidik dengan tegas, disiplin, dan bijak tanpa harus takut akan tekanan dari luar. Orang tua harus mempercayai proses pendidikan di sekolah,” imbuhnya.