Jakarta – Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengakui saat kepemimpinannya masih banyak kekurangan. Meski ada kekurangan, SBY mengatakan tidak berselingkuh terhadap sistem dan konstitusi.
Hal itu disampaikan SBY dalam acara peluncuran buku ‘Perjalanan dan Capaian Kabinet Indonesia Bersatu I (2004-2009)’ di JCC, Jakarta, dikutip Sabtu (12/10/2024).
SBY awalnya mengulas tugas Samsir Siregar di era SBY sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
“Tadi ketemu Pak Samsir Siregar, Pak Samsir, Bapak harus bangga karena waktu menjadi ketua BIN urusannya urusan negara, musuh yang dilihat dideteksi, diinteli, musuh negara, bukan lawan politik,” kata SBY.
SBY kemudian mengatakan banyak kekurangan dan kelemahan dalam pemerintahannya. SBY berujar tidak berselingkuh kepada sistem dan konstitusi.
“Ini penting, I have to said, jadi menurut saya itu great achievement. Tentu banyak kekurangan kita, ada kelemahan kita, ada beberapa hal yang tidak bisa kita lakukan, tetapi kita tidak berselingkuh, kepada sistem, kepada konstitusi, kepada hal-hal yang patut dipedomani dalam kehidupan bernegara,” ujarnya.
SBY menuturkan semua yang disampaikan itu merupakan pandangan dirinya yang cinta kepada negeri. Dia menyebut semua punya hak untuk menyampaikan pendapat.
“Ini lah pandangan saya apa adanya, karena kita sangat mencintai negeri ini, kita semua merah putih. Jangan ragukan, kita punya hak untuk menyampaikan pendapat dan mendoakan siapapun yang menjadi presiden. Pemilu menakdirkan Pak Prabowo, saya akan mendukung beliau supaya sukses. Kalau sukses rakyatnya senang nama Indonesia bagus,” imbuhnya.
Diketahui, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan cerita di balik perilisan buku Perjalanan dan Capaian Kabinet Indonesia Bersatu I 2004-2009′ dan Dibalik Layar Kabinet.
SBY mengatakan buku tersebut diinisiasi oleh Purnomo Yusgiantoro yang merupakan Menteri Pertahanan di era SBY menjabat sebagai presiden. Buku dicetak oleh Penerbit Buku Kompas.
Selain Purnomo, menurut SBY, buku tersebut juga diinisiasi oleh para pembantunya di Kabinet Indonesia Bersatu, yakni Paskah Suzetta (eks Kepala Bappenas), Meutia Hatta (eks Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan), dan Siti Fadilah Supari (eks Menteri Kesehatan).
“Yang saya tanyakan adalah buku ini akan menulis tentang apa? Kepada siapa buku ini didedikasikan? Atau gampangnya siapa yang diharapkan membaca buku ini?,” tanya SBY.
SBY mengatakan, ternyata para inisiator ingin menuliskan buku tersebut sebagai bentuk pertanggung jawaban Kabinet Indonesia Bersatu kepada masyarakat Indonesia.