Korannusantara, Jakarta – Komisi II DPR RI menggelar rapat kerja (Raker) Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan KPU RI, Bawaslu RI, dan Mendagri untuk membahas evaluasi penyelenggaraan Pemilu 2024 pada Senin, Jakarta (25/3/2024).
Pantauan Korannusantara.id dari live streaming youtube TV Parlemen, Diketahui rapat Komisi II DPR dengan KPU, Bawaslu, dan Mendagri diskors dan akan dilanjutkan pada Senin, (1/4/2024) mendatang.
Pada rapat kerja dan rapat dengar pendapat berlangsung hujan kritik, hingga interupsi, salah satu nya datang dari Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDIP, Komarudin Watubun menyebut Pemilu 2024 adalah pemilu terburuk dalam sejarah reformasi.
Hal ini ia sampaikan saat rapat kerja dan rapat dengar pendapat Komisi II dengan KPU RI, Bawaslu, hingga Kementerian Dalam Negeri, di ruang sidang. Kamaruddin menyuarakan pendapatnya ini dalam interupsi.
“Masalah ini, masalah serius. Dari tadi kita dengar yang bagus-bagus saja. Sementara publik di luar itu merasa pemilu kali ini adalah pemilu paling terburuk dalam sejarah reformasi, termasuk saya yang menilai begitu,” ujar Komarudin.
Kamaruddin meminta KPU jangan menanggapi kritik ini sebagai angin lalu. Menurutnya, bukti-bukti kecurangan yang muncul dari laporan masyarakat harus diusut secara serius.
“Oleh karena itu, jangan dengar yang bagus-bagus saja. Kita juga harus terbuka untuk menerima penilaian dari luar. Karena orang yang duduk di dalam ini adalah semua orang yang berpendidikan,” ucap Komarudin.
Politikus PDIP itu pun menyebut, jika KPU tidak menindak laporan tersebut maka KPU membuat demokrasi di Indonesia semakin buruk.
“Jadi kalau tidak bisa merekam, bisa menerima informasi dari publik, untuk apa bicara demokrasi. Demokrasi kita akan terus begitu,” lanjutnya.
Setelah Kamaruddin menyampaikan interupsinya, anggota fraksi PDIP yang lain, Endro Suswantoro Yahman, pun ikut mencecar lembaga penyelenggara pemilu itu.
Endro juga mengusulkan agar pimpinan DPR setuju untuk membentuk panitia kerja guna untuk mengevaluasi penyelenggaraan Pemilu 2024 secara menyeluruh.
“Saya minta persetujuan kawan-kawan juga ini dibentuk panja biar lebih spesifik. Karena apa? Kita mau melakukan evaluasi tanpa keseriusan focusing yang jelas ini percuma,” kata Endro.